Minggu, 10 Oktober 2010

Sesekali Ajak Anak Masuk Hutan


Dulu kawasan Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta identik dengan kekeringan. Untuk mendapatkan air bersih, warga di sana harus berjalan jauh belasan kilometer. Setelah Gunungkidul yang bertahan kapur tandus berubah menjadi hijau, cerita tentang kekeringan tinggal kenangan.
                “Mencintai hutan berarti juga berhemat air,” kata Dede Rohadi peneliti dari Kementrian Kehutanan yang diperbantukan di Cifor, lembaga penelitian yang mengkaji hutan tropis, baru-baru ini.
                Menurut Dede, anak-anak adalah generasi berikutnya yang menggisi bumi ini. Sebagai penerus anak-anak harus di ajarkan untuk mencintai lingkungan. Ornagtua harus mengenalkan anak-anak dengan tumbuhan sejak dini. Ajak anak-anak untuk menanam pohon dan merawat pohon itu agar tumbuh dengan baik. Artinya, lebih banyak pohon yang ditanam,  kondisi air tawar pu akan lebih baik. Seperti kasus di Gunungkidul yang kini tidak lagi kesulitan air. Sesekali anak di ajak ke hutan. Jika hutan gundul banyak masalah yang akan timbul. Air tidak dapat tertanam di tanah dan langsung terbuang dan berdampak banjir. Selain itu hewan yang menghuni hutan juga akan punah. Dr Premana Permadi Dosen Astronomi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung (ITB) mengatakan, anak-anak juga di jelaskan kalau air telah terbentuk di bumi selama miliaran tahun. Itu terjadi setelah kejadian bintang meledak.
“Memberikan apresiasi ke anak-anak bagaimana terbentuknya air di bumi yang terbentuk miliaran tahun yang lalu. Artinya, membuat air tidak mudah karena oksigen yamg sulit di dapat,” kata Premana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar