Senin, 04 Oktober 2010

ANAK TANGGUNG JAWAB BERSAMA


Pengasuhan Tidak Hanya Beban Ibu Saja
Pada kondisi saat ini dalam sebuah keluarga ditemui orangtua, bapak dan ibu, yang bekerja  di luar rumah secara bersamaan. Dampaknya keluarga itu mempunyai dual earner (dua penghasilan). Dengan dua penghasilan itu diharapkan bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun di sisi lain, ada kekhawatiran dan kecemasan saat bekerja bersamaan itu, harus meninggalkan anak di rumah.

Menurut Efriyani Djuwita, seorang psikolog anak, orangtua yang merasa cemas meninggalkan anaknya saat bekerja tentu bisa didasari berbagai macam alasan. Ada beberapa yang melihat pengalaman, baik yang terjadi pada dirinya sendiri atau orang lain ketika ditinggalkan orangtuanya bekerja.
Ada juga yang berdasarkan skala prioritas pada saat ini. Atau ada orangtua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus, atau pun orangtua yang memang sudah merasa tercukupi dengan satu penghasilan saja.
Kecemasan meninggalkan anak dengan orang lain juga bisa berdasarkan penilaian pribadi orangtua itu. Ada beberapa orangtua yang menilai saat meninggalkan anak dengan pengasuh, pengasuh itu tidak akan bisa memberikan pengasuhan yang sama dengan orangtua yang mengasuh langsung.
Bahkan, ada orangtua yang khawatir anaknya akan diperlakukan buruk ketika dititipkan ke pengasuh atau pembantu rumah tangga (PRT).
Semua kekhawatirkan itu bisa saja terjadi. Namun, jika akhirnya orangtua memutuskan untuk bekerja di luar rumah secara bersamaan, orangtua harus yakin anak tetap bisa tumbuh kembang dengan baik.
Secara teoritis tidak ada perbedaan kualitas antara anak-anak yang ditinggal bekerja dan yang tidak ditinggal bekerja.
Ada beberapa penelitian yang menyebutkan anak-anak yang ditinggal bekerja dan mendapat pengasuhan yang tepat mereka cenderung bisa mandiri. Kuncinya, sangat tergantung dengan pola pengasuhannya.
Selain itu, harus ditekankan juga tanggungjawab pengasuhan bukan hanya pada pundak ibu saja, tetapi juga bapak. Masing-masing memiliki tanggung jawab yang sama.
“Kalau kita berbicara mengenai pengasuhan anak, tidak hanya ibu saja yang bertanggung jawab yang sama. Apalagi dua-duanya sama-sama bekerja mencari nafkah. Jadi tidak bijak kalau pengasuhan anak hanya dibebankan pada pihak ibu saja,” kata psikolog yang akrab disapa Ita itu.
Menurutnya, saat memutuskan ibu harus bekerja di luar rumah, harus dipikirkan bersama untuk membagi perannya dengan baik. Saat pulang, baik ibu atau ayah, bisa bergantian memberikan waktu berkualitas dengan anak. Misalnya ibu duluan, setelah itu bapak atau sebaliknya.
Pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu mengatakan saat orangtua bekerja di luar rumah mengakibatkan waktu bersama anak berkurang. Saat berada di rumah bersama dengan anak, orangtua harus bisa menciptakan waktu yang berkualitas.
Waktu yang berkualitas itu bisa diisi dengan bermain bersama, makan bersama, membaca buku cerita aau mengobrol.
“Pastikan kualitasnya terjaga dan pada hanya untuk anak. Jangan disambi, misalnya dengan membuka facebook atau chating atau sejenisnya,” kata Efriyani.
Yang terpenting juga adalah menjalin komunikasi yang hangat dan dekat dengan anak. Misalnya, saat di  kantor bisa menelepon anak atau menanyakan perasaannya hari ini. Tidak hanya sekadar menanyakan ada PR atau tidak. Atau tadi mendapatkan nilai berapa.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar